Sabtu, 16 Februari 2019
PROPOSAL
PENELITIAN
Pengaruh
kebiasaan begadang yang dilakukan pelajar terhadap menurunnya nilai prestasi
belajar di sekolah
Disusun
oleh :
Adnan
Daifullah
Alfian
Nur Fuji Pangestu
Ali
Mahfudz
Muhammad
Rizky Fadliansyah
Rizhan
Anugrah Syahputra
SMA NEGERI 1 TARAKAN
KALIMANTAN UTARA
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan
kepada allah yang maha kuasa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh
kebiasaan begadang yang dilakukan pelajar terhadap menurunnya nilai prestasi
belajar di sekolah” dapat kami selesaikan. Penyusunan proposal ini diharapkan
dapat memberikan informasi tentang apa saja pengaruh kebiasaan begadang dan
dampaknya terhadap prestasi belajar siswa.
Dalam pembuatan proposal ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fahmi Riadl, S.Pd., M.Pd. selaku guru
kami yang telah berkenan mengizinkan pembuatan proposal ini. Selain itu, ucapan
terima kasih juga kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang
telah memberikan doa, dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga proposal ini
dapat kami selesaikan.
Demikian, proposal ini kami hadirkan
dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangung demi perbaikan proposal ini, sangat kami harapkan. Semoga proposal
ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Tarakan,
12 November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar………………………………………………. ii
Daftar
isi…………………………………………………….. iii
Bab 1.
Pendahuluan………...……………………………….. 1
Bab 2. Landasan
Teori………………………………………. 4
Bab 3. Metodologi Penelitian……………………………….. 16
Daftar
Pustaka………………………………………………. 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kebiasaan
adalah seuatu hal yang tidak lepas dari hidup manusia. Melakukan sesuatu
berulang-ulang yang dianggap baik. Sama seperti halnya terlambat tidur malam.
Dewasa
ini sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang khususnya para remaja yang berada
dijenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk tidur larut malam yang sering kita
sebut dengan begadang. Para remaja begadang dengan tidak mengenal waktu. Misalnya
saja, mereka bergadang tidak hanya di hari libur tapi juga di hari efektif
sekolah. Di hari dimana seharusnya mereka mempunyai waktu yang cukup untuk
mempersiapkan diri untuk keesokan harinya.
Kita
sering mendengar istilah begadang, istilah ini dipakai untuk
kegiatan yang dilakukan diwaktu malam hari. Begadang selalu dilakukan oleh
siapa saja diwaktu istirahat malam hal ini didasari oleh banyak hal sehingga
kegiatan tersebut dilakukan dimalam hari.
Kebiasaan
begadang dilakukan siapa saja, kegiatan yang dilakukan diwaktu begadang bisa
berupa suatu pekerjaan, penyakit(insomia), beribadah, atau hanya melewati waktu
malam dengan hiburan seperti nonton dan lain sebagainya, kegiatan begadang
tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja baik itu kalangan pekerja, ahli ibadah,
bahkan pelajar.Dewasa ini kebiasaan begadang sering dilakukan siapa saja, tentu
saja begadang dilakukan dengan berbagai latarbelakang yang berbeda. Kebiasaan
begadang pun sering dilakukan oleh pelajar, dengan aktivitas yang beragam
seperti belajar, mengerjakan tugas, bahkan ada pelajar yang begadang dengan
kegiatan yang kurang bermanfaat seperti main game online/offline, main kartu,
nongkrong-nongkrong.
Prestasi
adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan aktifitas belajar. Prestasi
siswa dikatakan baik apabila siswa berhasil mendapatkan nilai yang baik setelah
diadakan evaluasi. Dan prestasi siswa dikatakan meningkat apabila nilai siswa
dari hari kehari semakin baik dari pada nilai evaluasi sebelumnya. Pandangan
masyarakat secara umum menyatakan bahwa ada pengaruh antara turunnya nilai
prestasi siswa dengan aktivitas begadang merek
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apa
penyebab kebiasaan begadang yang dilakukan pelajar?
2. Apa
pengaruh kebiasaan begadang yang dilakukan pelajar terhadap nilai prestasi
belajar di sekolah ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui
penyebab kebiasaan begadang yang dilakukan pelajar.
2. Mengetahui
pengaruh kebiasaan begadang yang dilakukan pelajar terhadap nilai prestasi
belajar di sekolah .
1.4 Ruang Lingkup
Agar penelitian ini berjalan sesuai tujuan
diatas, maka sasaran penelitian ini adalah siswa kelas 10 jurusan MIPA SMAN 1
Tarakan. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a.
Tim penelitian akan membagikan angket kepada
siswa yang berisi tentang kebiasaan begadang.
b.
Siswa mengisi angket tersebut dan
mengumpulkannya kepada tim peneliti.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Istilah Begadang
Begadang
adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan kegiatan yang sering
dilakukan diwaktu isitrahat malam baik hanya sampai larut malam atau bahkan
tidak tidur sampai keesokan harinya.Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
( KBBI ), begadang adalah berjaga tidak tidur sampai larut malam. Banyak orang yang memilki kebiasaan begadang,
baik itu hanya sekedar begadang atau memang mempunyai pekerjaan dimalam hari
sehingga harus begadang selain dari pada itu masih banyak yang melatar
belakangi orang sering begadang.
Kegiatan
yang sering dilakukan diwaktu malam sangat beragam, ada yang memang begadang
karena tuntutan pekerjaan, ada yang begdang hanya menonton, da nada pula
begdang yang dilakukan karena memang tidak bias tidur diwaktu malam. Kebiasaan
begadang bukan merupakan suatu kebiasaan yang baik, karena kebiasaan begadang
dilakukan diwaktu malam seharusnya diwaktu malam dipergunakan untuk istirahat.
Hal ini tentu akan menimbulkan ketidak seimbangan pada tubuh, sehingga akan
memudahkan tubuh terserang penyakit.
Kebiasaan
yang tidak baik seperti begadang tentu akan membawa dampak yang negative bukan
hanya kepada kesehatan tubuh, tetapi terhadap pola kehidupan pun tseperti,
waktu bekerja, waktu belajar untuk pelajar tentu akan memberikan dampak
negative. Dari paparan di atas kebiasaan begadang yang merupakan kebiasaan
tidak baik jika terus dilakukan tentu dapat merugikan pelakunya sendiri.
2.2
Pengertian dan Makna Masa Remaja
Kata
remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang
berarti to grow atau to grow maturity(Golinko,
1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang
remaja, seperti John W. Santrock (2011) dan juga DeBrun (dalam Rice,1990)
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian
remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui
pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut
Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.Fase remaja merupakan
masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957)
mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang
dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai
dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan
masayang amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and theworst of time.
Dari sisi usia remaja, para ahli
perkembangan (developmentalist) membaginya ke dalam beberapa periode seperti;
Elizabert B Hurlock (1973) memberi batasan masa remaja berdasarkan usia
kronologis, yaitu antara 13 hingga 18 tahun. Kemudian Thornburgh (1982),
batasan usia tersebut adalah batasan tradisional, sedangkan aliran kontemporer
membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun. Usia kronologis ini terbagi
menjadi tiga, yaitu;
1.
Remaja awal
: usia
antara 11 hingga 13 tahun
2. Remaja pertengahan : usia antara 14 hingga 16 tahun
3. Remaja akhir : usia antara 17 hingga 19 tahun.
2. Remaja pertengahan : usia antara 14 hingga 16 tahun
3. Remaja akhir : usia antara 17 hingga 19 tahun.
Hampir
sama dengan Thornburgh, Konpka (Pikunas, 1976) juga membagi masa remaja ini ke
dalam tiga bagian, yaitu;
1.
Remaja
awal
: usia antara 12-15 tahun;
2. Remaja pertengahan : usia antara 15-18 tahun;
3. Remaja akhir : usia antara 19-22 tahun.
2. Remaja pertengahan : usia antara 15-18 tahun;
3. Remaja akhir : usia antara 19-22 tahun.
Sementara
Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung
(dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri,
dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Seperti telah
disebut sebelumnya, masa ini dikenal juga dengan masa “Strom dan Stress”,frustasi dan penderitaan, konflik
dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan
teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin
Pikunas, 1976).
B. Ciri-Ciri
Masa Remaja
Masa
remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya :
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992), antara lain :
a. Masa
remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan
dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak- kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak- kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Disimpulkan adanya perubahan fisik
maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat
menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.
C.
Perkembangan Remaja dan Aspek-Aspeknya
1.
Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik sudah di mulai pada masa praremaja dan terjadi cepat
pada masa remaja awal yang akan makin sempurna pada masa remaja pertengahan dan
remaja akhir. Cole (dalam monks, 2002:16) berpendapat bahwa perkembangan fisik
merupakan dasar dari perkembangan aspek lain yang mencakup perkembangan psikis
dan sosialis. Artinya jika perkembangan fisik berjalan secara baik dan lancar,
maka perkembangan psikis dan sosial juga akan lancar. Jika perkembangan fisik
terhambat sulit untuk mendapat tempat yang wajar dalam kehidupan masyarakat
dewasa.
2.
Perkembangan Kognitif Remaja
Perkembangan kognitif remaja menurut
Piaget (dalam Elisabet,1999:117) menjelaskan bahwa selama tahap operasi formal
yang terjadi sekiyar usia 11-15 tahun. Seorang anak mengalami perkembangan
penalaran dan kemampuan berfikir untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya
berdasarkan pengalaman langsung. Struktur kognitif anak mencapai pematangan
pada tahap ini. Potensi kualitas penalaran dan berfikir (reasoning dan
thinking) berkembang secara maksimum. Setelah potensi perkembangan maksimum ini
terjadi, seorang anak tidak lagi mengalami perbaikan struktural dalam kualitas
penalaran pada tahap perkembangan selanjutnya.
Remaja yang sudah mencapai perkembangan operasi formal secara maksimum
mempunyai kelengkapan struktural kognitif sebagai mana halnya orang dewasa.
Namun, hal itu tidak berarti bahwa pemikiran (thinking) remaja dengan penalaran
formal (formal reasoning) sama baiknya dengan pemikiran aktual orang dewasa
karena hanya secara potensial sudah tercapai.
3.
Perkembangan Emosi
Emosi merupakan salah satu aspek
psikologis manusia dalam ranah efektif. Aspek psikologis ini sangat berperan
penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan dalam hubungannya dengan
orang lain pada khususnya.Keseimbangan antar ketiga ranah psikologis sangat di
butuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan tepat sesuai dengan stimulus
yang di hadapinya.
Manifestasi emosi yang sering muncul
pada remaja termasuk higtened emotionality atau meningkatkan emosi yaitu
kondisi emosinya berbeda dengan keadaan sebelumnya. Ekspresi meningkatnya emosi
ini dapat berupa sikap binggung, emosi meledak-ledak, suka berkelahi, tidak ada
nafsu makan, tidak punya gairah apapun, atau mungkin sebaliknya melarikan diri
membaca buku. Di samping kondisi emosi yang meningkat, juga masih dijumpai
beberapa emosi yang menonjol pada remaja termasuk khawatir, cemas, jengkel,
frustasi cemburu, iri, rasa ingin tahu, dan afeksi, atau rasa kasih sayang dan
perasaan bahagia.
D.
Apa yang Dibutukan Remaja?
Sebagai
pribadi yang sedang mencari jati diri, remaja memerlukan beberapa hal yang
dapat memperkuat jati dirinya. Di antara kebutuhan remaja sebagai berikut;
1.
Butuh rasa kekeluargaan
2. Butuh penyesuaian diri
3. Butuh kebebasan
4. Butuh diterima secara sosial
5. Butuh pengendalian diri
6. Butuh agama dan nilai-nilai
2. Butuh penyesuaian diri
3. Butuh kebebasan
4. Butuh diterima secara sosial
5. Butuh pengendalian diri
6. Butuh agama dan nilai-nilai
2.3
Pengertian Prestasi Belajar
Kebutuhan
untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan
sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin.
Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne
(1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu
: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil
belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang
dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut,
prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam
proses pembelajaran.
Untuk
memahami tentang pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan
beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang
definisi tentang belajar. Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M
(2005:20) sebagai berikut :
1) Cronbach
memberikan definisi :
“Learning
is shown by a change in behavior as a result of experience”.“Belajar
adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman”.
2) Harold
Spears memberikan batasan:
“Learning
is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to
listen, to follow direction”.Belajar adalah mengamati, membaca,
berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan.
3) Geoch,
mengatakan :
“Learning
is a change in performance as a result of practice”.
Belajar
adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek.
Dari
ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga
belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan
individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim
kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang
dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu
dan lingkungan.
Fontana
seperti yang dikutip oleh Udin S. Winataputra (1995:2) dikemukakan bahwa learning (belajar)
mengandung pengertian proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku
individu sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian belajar juga dikemukakan
oleh Slameto (2003:2) yakni belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Selaras
dengan pendapat-pendapat di atas, Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya
kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses
belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum
mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami
kegagalan di dalam proses belajar.
Belajar
yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan
sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan
prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal.
Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti
kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebaginya. Kondisi eksternal adalah
kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang
bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
Winkel
(1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan
yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil
maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993 : 77) mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari
pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan
psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen
tes yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan
tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap
keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi
yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar
berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap
performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat
berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan
ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian prestasi belajar
adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai
suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam
melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan.
Prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam pengusasaan pengetahuan dan
keterampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes
angka nilai yang diberikan oleh guru ( Asmara. 2009 : 11 ).
Menurut
Hetika ( 2008: 23 ), prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang
dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan.
Harjati
( 2008: 43 ), menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan
dam menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk
menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu.
Pengtahuan
, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh akan membentuk kepribadian siswa,
memperluas kepribadian siswa, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan
kemampuan siswa. Bertolak dari hal tersebut maka siswa yang aktif melaksanakan
kegiatan dalampembelajaran akan memperoleh banyak pengalaman. Dengan demikian
siswa yang aktif dalam pembelajaran akan banyak pengalaman dan prestasi
belajarnya meningkat. Sebaliknya siswa yang tidak aktif akan minim/sedikit
pengalaman sehingga dapat dikatakan prestasi belajarnya tidak meningkat atau
tidak berhasil.
Dari beberapa pendapat
diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat
dicapai yang dinampakkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode
deskriptif merupakan salah satu dari jenis jenis metode penelitian. Metode
penelitian deskriptif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara
rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengindetifikasi masalah atau memeriksa
kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi
dan menetukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama
dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada
waktu yang akan datang. Dengan demikian metode penelitian deskriptif ini
digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi
tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat.
Metode deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis), akan tetapi juga
memadukan.
3.2
Data Penelitian
Data
yang dikumpulakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu data yang
berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat
diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau
statistika. Data kuantitatif berfungsi untuk mengetahui jumlah atau besaran
dari sebuah objek yang akan diteliti.
Data
Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari, yang pada penelitian ini akan diambil
peneliti melalui metode observasi. Yaitu ikut terlibat mengamati mencatat
setiap indikator yang sesuai dengan penelitian.
3.3
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan pada tanggal 12 November - 26 November 2018. Penelitian
akan dilakukan di SMA NEGERI 1
TARAKAN .
DAFTAR PUSTAKA
[online] http://sepri18.wordpress.com/2007/01/18/jenis-jenis-penyakit-tidur/(diakses
16 November 2018)
[online] http://www.isdaryanto.com/cara-mengatasi-susah-tidur (diakses
16 November 2018)
[online] http://teknologi.vivanews.com/news/read/208717-gadget-penyebab-orang-semakin-kurang-tidur (diakses16
November 2018)
[online]http://kesehatan.kompas.com/read/2010/07/22/0754116/Inilah.10.Kerugian.akibat.Kurang.Tidur (diakses16
November 2018)
http://endipurwa07.blogspot.com/2010/01/tahukah-kau-dampak-begadang-bagi-remaja.html. Di
unduh pada : 16 November 2018.
http://www.tnol.co.id/id/my-blog/9205-dampak-dampak-yang-terjadi-akibat-begadang.html. Di
unduh pada : 16 November 2018
http://coretansang.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html. Di
unduh pada : 16 November 2018
http://zonainfosemua.blogspot.com/2011/01/pengertian-metode-penelitian-kualitatif.html Di
unduh pada : 16 November 2018